Cerita Anak

on Selasa, 08 September 2009

Duo Penakluk Hantu Laut
by: Mambyz

Di sebuah perkampungan nelayan terjalinlah sebuah persahabatan yang indah antara Kabul dan Yudi. Meski kampung mereka jauh dari pusat perbelanjaan dan tempat hiburan tapi hari-hari selalu mereka lalui dengan bahagia. Keduanya sering terlihat bermain kapal-kapalan bersama atau kadang mencari ikan menyusuri pantai menggunakan perahu kecil. Biasanya mereka berangkat selepas Dzuhur dan pulang menjelang Ashar. Yudi pun kerap membantu temannya itu saat mendapat tugas dari bapak Kabul mengecat perahu. Sungguh pertemanan yang indah. Bila datang waktu sholat Maghrib Yudi menjemput Kabul yang rumahnya terletak di pinggir jalan menuju Surau. Di surau itu mereka melaksanakan sholat Mahgrib berjamaah diteruskan dengan tadarus bersama. Sepulang dari surau mereka terlibat dalam sebuah obrolan tentang kabar yang sedang ramai dibicarakan oleh orang-orang di kampung yang mengeluh karena akhir-akhir ini hasil tangkapan para nelayan menurun drastis. “Bul…tau nggak katanya sekarang bapak-bapak dikampung kita ketakutan melaut” Ujar Yudi mengawali obrolan. “Memangnya mengapa Yud?” Kabul terlihat serius menanggapi cerita sahabatnya. Entah benar apa tidak tapi menurut warga kampung semua itu dikarenakan ada hantu yang sedang mengamuk di laut. Ada pula yang menambahkan bahwa marahnya penunggu laut karena tak pernah diberi sesaji. “Hiii ngeri”. Benar memang, tangkapan yang berhasil didapat oleh para nelayan hanyalah sedikit itupun kecil-kecil sehingga bila dijual tak laku seberapa. Ikan tuna dan Tongkol yang biasanya mudah didapat kini tak ditemukan lagi. Paling yang tersangkut dijaring para nelayan hanyalah sampah plastik ataupun cangkang kerang yang telah keropos dan tak dihuni lagi. ”Apa yang harus kita lakukan? Kalo begini terus bisa-bisa kita merugi” Gerutu seorang nelayan sembari membenahi jaring yang terkoyak setelah kena karang di dasar lautan. Yudi yang saat itu melintas mencoba bertanya pada nelayan tadi apa memang ada hantu laut “Ini akibat hantu laut ya pak?” Bukannya menjawab pertanyaan si bocah nelayan itu malah membentak Yudi “Pulang saja kamu, keadaan lagi gawat jangan main di pantai dulu”. Yudi berlalu dengan seribu pertanyaan di dadanya. Rapat para tetua kampung menghasilkan sebuah kesepakatan bahwa yang harus dilakukan untuk membuang sial yang dialami para nelayan adalah melakukan ruwatan dengan cara memberikan sesaji kepada hantu laut. “Kita tak bisa tinggal diam, jalan satu-satunya adalah memberikan sesaji kepada penunggu laut ini” Bicaranya meyakinkan sehingga para nelayan pun manggut-manggut sembari mengiyakan “Setujuuuu”. Ada semacam kekuatan yang didapat oleh para nelayan bahwa kesulitan yang mereka hadapi akan segera berakhir. Selama ini masyarakat yakin bahwa saat malam datang hantu laut itu marah dan membanting batu karang di dasar lautan hingga menimbulkan bunyi keras “Gedebumm” “Tu kan benar hantunya marah lagi” Seorang penjaga malam nampak ketakutan di pos ronda dan tak berani memandang kearah laut. Suara itu terus saja terdengar setiap malam hingga tak ada nelayan yang berani melaut. Padahal ikan mudah didapat pada waktu malam hari. Sebagai gantinya nelayan melaut pada siang hari dengan alasan lebih aman meski hasilnya tak sebanyak yang didapat jika melaut pada malam hari. Semakin hari laut semakin tak bersahabat dengan nelayan, ikan kini susah didapat ini berarti kelangsungan hidup para nelayan terancam. Imbasnya anak-anak nelayan yang sekolah harus rela jalan kaki saat berangkat menuju tempat belajar mereka karena uang saku yang biasa mereka terima kini berkurang dan hanya cukup untuk jajan ala kadarnya. Dipicu rasa penasaran Yudi dan Kabul mencoba untuk memecahkan misteri ini. Mereka terus bertanya apakah hantu laut memang ada? Apa benar hantu laut marah karena tak diberi sesaji dan masih banyak pertanyaan di batin mereka yang harus segera terjawab. Pertanyaan itu nampaknya tak hilang meski Yudi dan Kabul sudah berada di tengah-tengah teman sekolahnya. Saat pelajaran agama Yudi memberanikan diri untuk bertanya pada pak guru Mujib. “Pak apa benar kalau di laut itu ada hantunya” mendengar pertanyaan dari muridnya pak guru Mujib menjawab dengan rinci “Dalam Islam memang alam gaib itu ada dan penghuninya yakni Iblis dan Jin, sedangkan hantu itu termasuk dalam jenis Jin tapi yang berwatak jahat”. “Oo...” Yudi nampaknya sedikit mulai mendapat sinar terang tentang hantu tapi ia masih punya pertanyaan lagi “Lalu kalau memberikan sesaji untuk mereka bagaimana pak, agar hantu nggak marah lagi?” “Yud...memberi sesaji itu termasuk penghormatan atau penyembahan terhadap hantu dan itu dalam Islam tidak diperbolehkan karena termasuk dalam perbuatan syirik”. Lebih panjang pak guru Mujib memberikan penjelasan bahwa hasil tangkapan yang didapat oleh bapak Yudi dan warga di kampungnya sama sekali tak ada hubungannya dengan kemarahan hantu. Sepanjang perjalanan pulang Yudi mengingat pelajaran agama tentang syirik tadi bahwa menyembah kepada selain Allah adalah dosa besar. “Aku harus mengingatkan bapak-bapak dikampungku....eee..tapi apa mungkin mereka mau dengar penjelasan dari bocah seumurku ya?” Yudi berencana untuk mencegah pemberian sesaji pada hantu laut di kampungnya. Ia pun teringat pada Kabul “Nanti aku ajak Kabul saja”. Berdasar penjelasan dari pak guru Mujib, malam harinya Yudi meluncur menuju rumah Kabul. Kedua sahabat itu mencari cara agar warga kampung terbebas dari kesyirikan dan melakukan perbuatan yang cuma buang-buang duit. “Padahal kalau memberi sesaji itu harus pakai kerbau” Benar juga apa yang dipikirkan dua sahabat itu sudah dapat dosa besar masih harus kehilangan uang lagi. Malam hari seperti yang sudah dijanjikan Yudi dan Kabul pergi ke pantai dan mengawasi keadaan sekitar. Tak ada nelayan yang melaut, sepi dan dingin. 2 jam pertama mereka tak mendapati tanda akan kemunculan hantu laut hingga keheningan malam pecah oleh suara dari arah laut “Gedebumm” Suara itu terdengar memekakkan telinga dan menimbulkan percikan air yang tinggi. Kabul segera meraih teropong mainan milik adiknya “Wah..lihat Yud di laut ada yang sedang melempar bom”. Teropong itu berpindah tangan dan Yudi pun terbelalak melihat kenyataan bahwa yang ada di laut bukan hantu melainkan pemburu ikan dengan menggunakan bom. Melihat kenyataan itu Yudi dan kabul bergegas menghampiri pos ronda dan memukul kentongan sekeras mungkin. Suara kentongan membuat warga berduyun-duyun keluar rumah. Sampai di pos ronda Yudi menjelaskan apa yang telah dilihatnya bersama Kabul “Benar pak saya juga lihat kok” Kabul menguatkan keterangan Yudi. Akhirnya warga yang merasa tertipu menuju tempat yang dimaksud kedua bocah tadi dan berhasil menangkap penangkap ikan yang selama ini merusak biota laut dan menggunakan hantu laut sebagai kedok. Berkat keberanian dan pengetahuan dua sahabat ini akhirnya warga kampung terbebas dari syirik serta bisa nyaman lagi mencari nafkah melaut di malam hari.



Mimpi Buruk Royan
by:Mambyz

“Gedebhum…kreskkk…” Suara-suara aneh terdengar semakin dekat. Sebuah bayangan tanpa wujud berkelebat menghampiri dirinya. Royan tak kuasa mengangkat kaki, mendadak ia lupa cara berlari. Keringat dingin terus mengaliri hitam keningnya. Bayangan itu kini telah berdiri didepan Royan dan hendak mencengkeramnya… “Arkghhhhhhhhhhhh…” Hanya kata itu yang terdengar ketika ia dibangunkan oleh Fitri yang tak lain adalah kakaknya. “Sssttt…Istighfar lagian ngapain sih teriak-teriak”. Pertanyaan sang kakak tak serta merta mendapat jawaban dari Royan. Sepasang mata Royan menjelajahi kamar tidurnya sembari terlihat kebingungan bercampur takut. “Sudah sana wudhu dulu kalau sudah Sholat, berdoa baru tidur lagi” Fitri dengan sabar mengarahkan adiknya supaya tenang dari mimpi yang baru saja dialami. “Aku nggak berani wudhu sendiri kak…”Royan merengek ketakutan dan meminta kakaknya untuk mengantar ke kamar mandi,. “Ayo buruan…begitu saja takut” Meski sedikit kesal namun Fitri tetap mengantarkan adiknya untuk mengambil air wudhu. Setelah melakukan sholat seperti yang dirasakan kakaknya Royan mencoba tidur lagi. Dua bersaudara ini memang tidur sendiri-sendiri bukan dalam satu kamar. Oleh Pak Rin hal ini memang disengaja dan bertujuan untuk melatih keberanian sekaligus memberikan tanggung jawab pada setiap anaknya soal mengurus kebersihan kamar masing-masing.
Keesokan harinya sang kakak coba mencari tahu apa yang semalam dialami oleh adiknya “Semalam ada apa sih Yan?”, Royan yang ditanya malah bengong hingga harus ditepuk bahunya “Heiii..malah ngelamun”, “Semalam aku mimpi buruk lagi kak, sudah seminggu mimpi ini terus menghantuiku” Terang Royan meyakinkan kakaknya. “Mimpi itu biasa sebagai penghias tidur, sudah jangan dipikir”. Bukannya tenang setelah mendapat penjelasan kakaknya Royan malah semakin seius menampakkan ketakutannya “Tapi semalam itu benar-benar menakutkan kak, ada bayangan hitam yang sangat besar dan tinggi, nampaknya ia ingin mencelakaiku”. Si kakak yang sedikit cemas dengan keadaan adiknya mencoba menghiburnya dengan cerita-cerita lucu namun nampaknya Royan tak juga bisa menghilangkan rasa takut akibat kejadian semalam. Akhirnya Fitri mencoba mengajak adiknya itu untuk keluar rumah agar mendapat suasana yang segar “Ayo kita main layang-layang saja sama Bagus dan Catur” Ajakan Fitri tak dihiraukan oleh Royan “Aku nonton TV saja kak filmnya bagus-bagus”. Royan pun membiarkan kakaknya pergi.
Untuk urusan nonton televisi Royan memang jagonya, segala jenis acara dan kapan jam tayangnya tersimpan rapi dalam ingatannya. Ia betah berlama-lama di depan televisi melahap semua tontonan yang ada meskipun acara yang ada di TV tak semuanya cocok untuk anak seumur dia. Saat ada film horor meski takut tapi Royan tak juga mematikan TV, hal itu disiasatinya dengan bersembunyi dibalik guling yang ada di sofanya. Hanya rasa ingin buang air dan lapar yang bisa merayunya untuk meninggalkan acara TV. Royan begitu asyik dan hampir tak pernah berkedip, kalau waktunya iklan ia buru-buru ganti chanel ke stasiun TV lain untuk mencari acara yang ia senangi. “Wah..ini film bagus tentang penyihir aku suka sekali” Royan tambah semangat setelah mengetahui bahwa hari itu film Hary Potter yang terbaru tengah diputar. Kalau ngomongin tentang tokoh penyihir cilik itu dari komik hingga film Royan tak pernah ketinggalan. Bahkan pernah ia mengorbankan uang tabungan hanya untuk membeli kostum yang mirip dengan tokoh idolanya itu. Belum genap sepuluh menit film itu berakhir “Yaaaa…telat deh”. Dengan sigap Royan memencet remote controlnya dan berhasil menemukan acara kegemarannya yang lain yakni Smack Down “Ayo pukul, tendang terus”. Sebenarnya acara itu bohongan dan tidak cocok ditonton anak kecil namun Royan tak mau ambil pusing…”Ini baru seru”. Dalam acara ini memang yang ditonjolkan hanyalah kekerasan dalam ring. Acara ini sesungguhnya lebih mirip sandiwara maksudnya siapa yang memukul, bagian mana yang dipukul dan bagaimana cara jatuhnya agar tak sakit telah diperhitungkan dan dikompromikan secara matang. Acara seperti itu cuma bohongan tapi Royan tak berpikir sampai kesitu. Yang penting seru dan menarik itu yang dia butuhkan.Jika malam datang rasa kantuk begitu hebat menyerang Royan, itu karena jam istirahat siang tak dimanfaatkan sebaik mungkin dan juga karena seharian ia hanya duduk didepan TV hingga tubuhnya menjadi tidak bugar. Coba saja kalau siang tadi dia menyempatkan diri untuk keluar rumah dan bermain bersama temannya pasti akan lebih mengasyikkan dan juga memberikan manfaat bagi tubuh karena melakukan gerak. Akhirnya belajar pun tak sempat bahkan sholat Isya belum dikerjakan ia sudah tertidur. Ditengah-tengah tidurnya Bayangan hitam kembali mendatangi Royan dan kali ini suasananya semakin mencekam. Bayangan itu berkelebat mendekat bagai kain yang tertiup angin, Royan dalam mimpi itu berhasil melihat kedalam kerudung penutup kepala yang dipakai bayangan itu. Betapa kaget Royan karena ternyata bayangan itu merupakan karakter musuh yang ada dalam film Hary potter
“Arrkghhhhhhhhhh…” Royan kembali menjerit hingga membangunkan Fitri. Pak Rin Orang tua Royan pun mendengar jeritan itu dan segera menuju kamar anak nomor duanya “Ada apa ini Fit” Tanyanya kepada si sulung yang lebih dulu sampai di kamar adiknya, “Royan sudah berhari-hari selalu mimpi buruk pak”. “Aku didatangi mahluk yang ada di film itu pak, aku takut sekali”. Mahluk yang dimaksud Royan itu bisa menyedot nyawa orang yang disentuhnya memang, tapi hanya dalam film kalau di dunia nyata jelas tak ada mahluk seperti itu. “O…jadi yang kamu bilang menakutkan itu tho, lain kali kalau lihat acara TV itu yang bermanfaat, bukan itu saja kamu juga harus menyesuaikan acara TV dengan usia kamu Yan” Pak Rin menasehati anaknya agar tak begitu saja mengkonsumsi semua tayangan yang ada di TV. “Kamu juga belum sholat Isya’ kan?” Royan tersenyum kecil sepanjang perjalanannya menuju tempat wudhu menyadari kesalahannya. Dalam hati ia berjanji tak akan lagi menjadikan TV sebagai contoh dan idola. Royan sadar bahwa selama ini kebiasaannya menonton TV secara ngawur telah memberikan efek buruk bagi dirinya.

0 komentar:

Posting Komentar